Judul :
Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Penulis : Tere Liye
Penerbit :
Republika
Jumlah Halaman :
Iv+426 Halaman
Tahun Terbit :
2009
Di dalam buku novel ini, tidak
terdapat kata pengantar, daftar isi maupun prolog. Setelah sampul, hanya
terdapat lembar informasi buku dan sebuah kutipan yang cukup menarik.
“Puteri, sekarang
Jakarta gerimis. Cepat sekali berubah. Kayak hati. Semoga pengertian, mau
saling mengalah, saling menghargai, saling menjaga, komunikasi yang baik, dan
tentu saja yang paling penting pemahaman agama yang baik menyertai rasa sayang.
Biar abadi sayangnya. Tidak seperti cuaca.”
Jakarta, 6 Januari
2009
BAB 1 : Aku Rinai
Mengisahkan tentang gadis
kecil yang tinggal di panti asuhan saat
menjelang hari raya. Gadis kecil yang sedih karena tidak paham apa itu hari
raya dan amat merindukan Ayah-Bundanya. Gadis kecil yang cerdas dan penuh rasa
keingintahuan, selalu sibuk bertanya “M-e-n-g-a-p-a ia tidak memiliki Ayah dan Bunda ?”. Gadis kecil
itu bernama Rinai.
Di detik, menit, dan jam yang
bersamaan. Ribuan kilometer di rumah sakit terbaik Ibu-kota dengan segenap
fasilitasnya. Tampak seorang pasien berumur enam puluh yang setelah sekian lama menunggu, akhirnya
kondisinya membaik. Dia adalah pemilik kongsi bisnis terbesar yang pernah ada
yang sedang sekarat.
Satu kutipan menarik disini :
“Menggetarkan sekali mendengar pertanyaan yang tidak terucap itu.
Menggetarkan sekali menyimak percakapan tanpa suara itu. Karena, Engkau selalu
menjawab setiap pertanyaan. Sungguh, satu jawaban untuk satu pertanyaan.
Jawaban yang sempurna. Tidak lebih, tidak kurang.”
BAB 2 : Aku Rehan
Mengisahkan tentang remaja
tanggung yang tinggal di panti asuhan saat menjelang hari raya. Remaja tanggung
yang memendam rasa kebencian kepada penjaga panti yang dianggapnya sok-suci.
Hari itu remaja tanggung itu dicaci maki, dipecut dengan sebilah rotan dan
tidak diperbolehkan masuk rumah. Tidak ada baju baru. Tidak ada makanan. Tidak
ada semuanya. Hal itu dilakukan penjaga panti
terhadapnya karena, ia dianggap telah mencuri semua kiriman parsel untuk
panti. Kenyataannya, ia memang telah mencuri semua parsel tersebut dan telah ia
jual ke penadah di Pasar Induk dekat panti. Uangnya telah habis untuk main-main
dan berjudi di sudut terminal. Hal itu dilakukannya karena ia sangat
menbenci penjaga panti yang sejak lama
menyimpan mimpi secara berlebihan. Mimpi yang membuatnya mati-matian untuk naik
haji, tidak peduli dari mana asal uang itu. Ia juga sangat membenci kenyataan
bahwa dirinya selama ini harus tinggal di panti itu, karena merasa setiap
harinya ia hanya dipukuli, dimarahi, dan jadi kuli. Makanan dijatah setiap
harinya. Malam itu, setelah semua yang telah penjaga panti lakukan kepadanya, hal
itu membuat remaja tanggung yang dipenuhi rasa amarah semakin bulat akan
tekadnya untuk segera meninggalkan panti itu, menuju kehidupan bebas yang
didambakannya. Dia, remaja tanggung itu bernama Rehan.
BAB 3 : Aku Pasien
Mengisahkan tentang kondisi
seorang pasien berumur enam puluh yang mengalami progress. Perlahahan pasien
itu terbangun dalam ketidaksadarannya. Pasien itu sangat bingung melihat
keberadaannya saat ini, berdiri di tengah keramaian terminal. Tempat yang
sangat ia kenal. Persis. Sempurna seperti memori otaknya pertama kali
merekam tempat itu. Semuanya seperti
mimpi baginya.
BAB 4 : Aku Diar
Mengisahkan tentang remaja
tanggung berusia dua belas yang amat merindukan Rehan. Teman satu kamarnya di
panti. Hari itu, dia bertemu orang yang dirindukannya. Orang yang telah
meninggalkan panti sejak sebulan yang lalu. Orang yang kini tampak berbeda
penampilannya dan juga sikapnya. Tidak peduli dengan rindunya yang mendamba.
Orang yang dikasihinya itu malah dengan paksa membuka kotak uang toilet umum
terminal yang dijaganya. Dia tidak pernah mampu mencegah Rehan. Tidak puas
dengan itu, Rehan juga mencuri celana seorang sopir bus yang hendak mandi di
toilet umum itu. Dia berusaha menghentikan Rehan, hingga tubuhnya yang ringkih
didorong dengan kasar oleh Rehan. Namun, dia tetap mencoba menghentikan Rehan,
mengejar langkah Rehan yang gesit berlari meninggalkannya dan juga sopir bus
yang kini sadar bahwa celananya dicuri. Dengan panik dan beringas sopir bus itu
mengejar tanpa sadar dengan tubuh telanjangnya, dan busa sabun yang mulai berjatuhan.
Hal itu membuatnya tidak hanya menjadi bahan tontonan tetapi juga bahan
tertawaan. Membuat sopir bus semakin geram.
BAB 5 : Aku Terminal
Kota
Mengisahkan tentang Ray, pasien
berumur enam puluh yang sedang mengenang masa lalu di terminal. Bayangan saat
sopir bus itu telanjang dengan busa sabun yang mulai berjatuhan tanpa sadar
membuatnya terwata. Ray menganggap itu peristiwa konyol yang lucu untukknya.
Ray menyadari keberadaanya di terminal saat itu sangatlah aneh, orang-orang
yang berlalu lalang sedikitpun tidak menghiraukannya. Bahkan menyadari dirinya
bisa bicara dan berdiri tanpa tongkat. Padahal, seingatnya, berbulan-bulan yang
lalu pita suaranya hilang, dan kakinya lumpuh total. Kebingungannya tidak
sampai disitu, ada seseorang yang tampak aneh baginya menepuk pundaknya,
menegurnya. Mukanya terlihat seolah bercahaya oleh gurat kearifan. Tampak
seusianya. Dia sangat mengetahui tentang Ray.
BAB 6 : Aku Bayi Yang Selamat
Mengisahkan tentang penemuan
sebuah file penting di panti. Map yang berisi kertas-kertas entahlah tidak
diketahui persis olehnya. Ada surat dari petugas apalah. Ada keterangan dari
dinas apalah. Surat pengantar. Catatan kesehatan. Tidak banyak. Hanya lima-enam
lembar. Terakhir malah bukan kertas surat-menyurat, melainkan potongan koran,
‘Kebakaran besar lima belas tahun silam’. Hanya beberapa orang yang selamat.
Salah satunya bayi kecil yang ditemukan di pinggir bantaran kali dekat lokasi
kebakaran. Bayi kecil yang menangis pilu. Bayi kecil itu adalah dirinya, Rehan Rauja.
Setahun berlalu sejak mengetahui
sepotong cerita masa lalunya, tidak banyak yang berubah dari perangai Rehan.
Tingkah Rehan malah menjadi-jadi. Pagi itu Rehan melaksanakan aksi besar yang
telah ia rencanakan sejak lama. Mencuri brankas milik penjaga panti yang selama
ini tersimpan rapi. Setelah berhasil mengambilnya, Rehan segera meninggalkan
panti yang dianggapnya menyebalkan itu.
BAB 7 : Aku Penjudi Ulung
Mengisahkan tentang pemberhentian
pertama Ray. Tempat pertama kali dia merasakan hidupnya yang berasa sungguh
menyenangkan. Di terminal. Setelah
mendapatkan uang dari hasil curiannya di panti, yang ternyata hanya belasan ribu,
Rehan gunakan sebagai modal untuk berjudi di lapau terminal. Beruntung, malam
itu Rehan amat bertuah. Sepuluh putaran Rehan menang telak, menguras habis uang
bandar lepau terminal. Uangnya kini sudah beranak-pinak. Tidak puas dengan itu,
Rehan kembali melakukan peruntungannya untuk berjudi lempar dadu di ruko pedagang
Cina yang lebih besar. Tiga puluh putaran, sempurna sudah Rehan memenangkan
seluruh taruhan. Uangnya kini sudah berbilang juta.
BAB 8 : Aku Pertanyaan Pertama
Mengisahkan tentang pertanyaan
pertama Ray. Mengapa dirinya harus
menghabiskan masa kanak-kanak di panti yang menyebalkan itu?.
Setelah kemenangan yang berlimpah
malam itu. Keesokan harinya Rehan kembali ke ruko itu. Wajah Rehan sudah tidak
asing lagi bagi pengunjung ruko judi, karena dirinya sudah dikenal sebagai raja
judi. Kemenangan itu kembali diraih Rehan. Namun, sayang ketika malam
berikutnya, semua tuah benar-benar luntur. Rehan kehabisan uangnya. Kehidupan
jalanan baru dimulai. Rehan mulai berani mencopet di angkutan umum, mencuri di ruko-ruko terminal. Satu bulan
berlalu, Rehan sempurna menghilang ari panti. Hari itu, Rehan akhirnya
memaksakan diri mampir ke toilet terminal yang dijaga Diar. Rehan terdesak,
kelaparan. Rehana mengambil paksa uang dalam kotak toilet yang dijaga Diar.
Kemudian mencuri celana milik sopir bus siang itu. Rehan lari meninggalkan Diar
begitu saja, tanpa mengetahui kejadian berikutnya. Diar menjadi sasaran amuk sopir
bus yang kecurian celananya dan juga orang-orang yang berkerumun. Tanpa sempat
Diar jelaskan, hanya dalam sekejap kotak uang itu sudah melesat menghantam
kepala Diar.
Itulah jawaban atas pertanyaan pertama
Ray. Semua itu karena dirinya menjadi sebab bagi garis kehidupan Diar. Ray
menjadi sebab anak ringkih, lemah dan polos itu menjemput takdir hidup. Diusianya
yang masih amat muda.
Kutipan menarik disini :
“Kehidupan ini tidak sia-sia. Besar-kecil, semua berarti”.
“Bagi manusia, hidup ini juga sebab-akibat, Ray. Bedanya, bagi manusia
sebabakibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan
perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain menyebabkan garis
kehidupan orang lainnya lagi, kemudian entah pada siklus keberapa, kembali lagi
ke garis kehidupanmu... Saling mempengaruhi, saling berinteraksi,,, “
BAB 9 : Aku Tasbih
Yang Rusak
Mengisahkan tentang dua anak
panti yang terkapar di ranjang rumah sakit. Diar dan Rehan. Malam itu, setelah
mendapatkan banyak uang hasil mencuri celana sopir bus, Rehan kembali ke ruko cina
untuk berjudi putaran roda. Dan dia beruntung hingga dapat menggandakan uangnya
itu seratus kali lipat. Benar-benar menguras habis, membuat dengki pemilik
ruko. Pada kenyataannya selama ini Rehan memang selalu memenangkan judi. Hari
kekalahannya terdahulu sebenarnya karena kecurangan pemilik ruko. Malam itu
Rehan disergap tiga orang tak dikenal suruhan pemilik ruko, dalam kondisi mabuk
Rehan tidak dapat membalas. Pisau belati itu beringas menusuk perut, paha dan
seluruh tubuhnya.
Diar sempat tersadar dari masa
kritisnya. Dalam kondisi yang masih lemah seperti itu, Diar masih tetap
mengkhawatirkan Rehan. Memohon kepada penjaga panti untuk bisa menyelamatkan
Rehan. Hati penjaga panti tersentuh. Diar mengakui kesalahannya pada penjaga
panti. Kesalahan bahwa dirinyalah yang telah merusak tasbih arab milik penjaga
panti. Diar menjelaskan bahwa Rehan telah melindunginya, dengan mengakui
sesuatu kesalahan yang tidak pernah dilakukannya dan pada akhirnya menerima
hukuman dari penjaga panti yang amat memilukan. Malam itu Diar bersumpah dalam
hati, akan selalu menghargai Rehan. Akan selalu menghormatinya. Diar
menghembuskan nafas terakhirnya di depan penjaga panti. Meluluhkan hati penjaga
panti yang keras. Untuk pertama kalinya penjaga panti itu terisak. Menangis.
Tersungkur. Diar telah menjadi sebab bagi penjaga panti kembali.
Kutipan yang menarik disini :
“Sayang, kau tidak menyadari nasihat lama: keberuntungan yang
berlebihan selalu mengundang dengki.”
BAB 10 : Aku Arab Tua
Tidak Berguna
Mengisahkan tentang penjaga panti yang telah
terbuka hatinya karena Diar. Diar menjadi sebab pertobatan, sebab Tuhan
berkenan menemukan penjaga panti itu kembali. Tanpa sepengetahuan Rehan, penjaga
panti ternyata telah memutuskan untuk membatalkan keberangkatan hajinya. Uang
itu, uang yang ditabungnya selama berpuluh-puluh tahun untuk perjalanan besar
tersebut digunakan untuk biaya operasi ginjal Rehan di Ibukota. Kenyataan itu
menghantam hati Ray.
Kutipan yang menarik disini :
“Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa
merubahnya, kecuali satu: Yaitu kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir....
Nanti kau akan mengerti, btapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja
telah merubah siklus sebab-akibat milikmu. Apalagi kebaikan-kebaikan yang meman
dilakukan dengan sengaja.”
***
Awal
membaca novel ini, cukup membingungkan karena alur yang digunakan adalah alur
campuran. Jadi ada beberapa tokoh yang dibahas dalam rentang waktu yang
berbeda. Namun, peristiwa yang saling berkaitan. Sampai bab 10 ini, tokoh Rinai
belum diketahui lebih lanjut. Pada bab 8
sampai bab 10 sungguh sangat klimaks. Cerita yang tidak tertebak sebelumnya.
Kalimat yang disuguhkan begitu sederhana namun mampu membuat membaca larut akan
cerita. Tidak hanya itu, para pembaca khususnya aku juga dibuat semakin penasaran
dengan kisah selanjutnya, dengan empat jawaban lainnya yang belum terungkap.