Teriknya matahari
pagi tak menyurutkanku untuk terus memandang area parkir sekolah. Setibanya di kelasku
yang
bertempat di lantai 3, aku selalu bergegas ke sudut teras. Sudah menjadi
rutinitasku untuk menunggu sepeda biru itu terparkir oleh sang pemiliknya.
Bukan untuk mengagumi sepeda itu, tetapi mengagumi kombinasi dari sepeda biru
itu dengan sang pengendara, Farhan. Dia adalah sosok laki-laki yang
pintar, sederhana, aktif dan ramah. Mungkin ini adalah hari terakhir aku bisa
melihat dia, pria berseragam putih abu-abu dengan sepeda birunya, karena besok
adalah hari kelulusan kami di SMA Nusa Bangsa.
Sejenak
aku mengingat pertemuan pertamaku dengan Farhan di gerbang sekolah. Saat itu
aku sedang bergegas keluar untuk foto copy, dan disaat yang bersamaan dia
dengan sepeda birunya mau masuk. Tak ku sangka dia mundur dan mempersilahkan
aku melalui jalan itu, dengan seulas senyum simpul di wajahnya.
“laki-laki yang baik dan manis.”kalimat pertama
yang muncul dibenakku saat itu.
Sejak saat itulah aku mulai
mengaguminya. Tetapi, hal itu tidak mendorongku untuk mencari tahu tentangnya.
Aku baru mengetahui nama dan kelasnya, setelah aku melihatnya berada di ruang
kelas IIX IPA 2. Saat itu aku mewakili panitia, menyampaikan rangkaian lomba
sekaligus mendata peserta lomba LOKETA (Lomba Keterampilan Agama) yang akan
diadakan untuk memperingati tahun baru Islam. Dan saat pandanganku menyapu
seisi kelas, aku melihat sosoknya duduk di baris ketiga. Saat itu diapun
memandang ke arah ku. Lagi-lagi dia menampakkan senyum diwajahnya. Dia
mendaftar lomba kaligrafi. Karena itulah, aku mengetahui namanya, Farhan Eka
Prasetya.
Pertemuan singkat yang tidak
disengaja itu telah berhasil membuatku jatuh cinta padanya. Sebuah rasa, yang
merupakan anugerah dari Allah yang patut kita syukuri dan kita jaga
kefitrahannya. “Terima kasih ya Rabb, karena Engkau telah menghadirkan
rasa cinta ini di hatiku. Jagalah hati ini agar tidak melebihi rasa cintaku
pada-Mu. Maafkanlah aku, jika selama ini telah lalai terhadap-Mu karena, tidak
seharusnya aku terus memandangnya, meskipun dari jauh. Tidak seharusnya aku
membayangkannya, meskipun dalam kesendirianku . Tidak seharusnya aku mengaguminya
secara berlebihan, meskipun dalam diamku. ” Ucapku lirih
Setiap pertemuan, pasti ada
perpisahan. Hari ini adalah hari perpisahan kelas XII SMA Nusa Bangsa. Gedung
ini sudah mulai dipenuhi dengan para siswa/i, guru dan wali murid yang hadir.
Saat pengumuman siswa berprestasi, nama Farhan disebutkan dan dipersilahkan
untuk maju ke panggung untuk menerima piagam. Aku segera menyapu isi gedung,
berusaha menemukan sosoknya. Diam-diam aku memperhatikannya. Dia tampak gagah
dengan setelan jas hitam yang ia pakai. Pandangannkupun mengikuti setiap
langkahnya menuju atas panggung. Saat menerima piagam penghargaan itu dia
mengarahkan pandangannya ke arahku dan tersenyum kepadaku. Seketika aku
menundukkan pandanganku dan tak membalas senyumnya. Setelah serangkaian acara
telah selesai, para siswa/i sudah mulai berpencar. Di tengah keriuhan, aku
berjalan berlawanan arah dengan Farhan. Aku berusaha untuk tidak menatapnya,
karena tidak ada keberanian untuk itu. Tetapi, entah apa yang menarikku untuk
terus melangkah dan ingin menghampirinya. Namun, kita hanya saling berpandang,
tersenyum, dan berlalu.
“Ketika rasa cinta ini Engkau
hadirkan di dalam hatiku, semoga dia adalah jodohku, yang akan Engkau
pertemukan kembali dengan cara-Mu yang tak terduga” doaku dalam hati.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Baca
kisah selengkapnya di buku "Cinta Bersemi di Pelaminan (Flash
Fiction)" penerbit Pena Indis. ISBN : 978-602-1334-48-5. Harga Rp 39.500.
Cara Pemesanan :
kirim pesan dengan format :
Judul Buku_Nama Pemesan_Alamat
Lengkap+kode pos_No.HP_Jumlah Pesanan.
kirim ke : Inbox Fb Pena Indis atau ke
no.hp : 082113883062
Buku ketiga yang menampilkan salah satu
cerpenku
#CintaBersemidiPelaminan #TakdirCinta
Posting Komentar